Don't be deceived by some posers' fake accounts. To make sure you're connected to Cakka's official and real accounts please visit our official website cakkanuraga.com

Subscribes to our Youtube channel. We uploaded all of Cakka's performance, both off-air and on-air recorded youtube.com/cakkanuraga

Follow Cakka's private twitter account @cakkaNRG and get updates directly from Cakka himself

Like and subscribes to Cakka's official Fanpage on Facebook the only way for facebook users to communicate with Cakka. FYI, Cakka doesn't have any private facebook account

Sign up and become our member for free on Cakka's Fansite and enjoy our great features. You can chat with other CLs and even with Cakka himself

27 April 2012

#KaryaCL : Secret Admirer


Apakah arti sebuah surat penggemar? Apakah arti seorang secret admirer? Aku sendiri tidak tahu. Yang aku tau adalah surat penggemar yang biasanya didapatkan oleh artis – artis yang isinya hanyalah ‘aku pasti mendukungmu!’ atau ‘aku sayang kamu!’ atau ‘aku suka senyummu!’ dan hal – hal yang dikatakan oleh penggemar artis itu untuk memujinya. Tapi, setiap kali aku mengobrak abrik loker sekolahku yang biasanya kupakai untuk menyimpan buku pelajaran dan barang – barang yang kuperlukan di sekolah, aku selalu menemukan sebuah surat yang entah siapa pengirimnya karena dia tidak menuliskan namanya dengan jelas. Sudah berjumlah – jumlah surat yang ia tulis untukku tapi aku tidak bisa menebak siapa yang menulis semua surat itu untukku. Aku ingin mengajaknya bertemu, karena tulisannya itu membuatku menjadi sedikit banyak pikiran.
Kehidupanku sebenarnya biasa saja. Aku setiap hari bersekolah, aku mempunyai bakat dalam basket dan sudah menjadi kapten tim basket selama bertahun – tahun. Aku juga masih bujang, aku tidak pernah mempunyai seorang yang berharga selain Bundaku. Tapi, semenjak surat itu terus berdatangan, aku jadi kurang nyaman juga untuk menjalani hari. Selain karena penasaran siapa yang mengirim surat – surat itu, aku juga gelisah karena pengirim surat itu terus memujiku. Aku merasa tidak enak.
Hari ini pun juga sama. Dia menuliskanku sebuah surat yang selalu dia taruh di dalam lokerku. Ini sudah surat yang kesekian kalinya yang menghampiri lokerku. Semua surat sebelumnya, aku tidak pernah membalas. Maksudku supaya dia menyerah. Tapi, ternyata dia tidak menyerah. Aku tidak tahu siapa yang menuliskannya. Karena aku pikir, aku tidak mempunyai penggemar. Siapa yang sudi mengirimkanku sebuah surat penggemar? Mukaku tidak tampan, tubuhku biasa saja, nilai sekolahku biasa saja, palingan aku hanya jago dalam basket. Ya memang sih, dari basket itu banyak siswi yang sering mengelilingiku. Tapi, rasanya mereka nggak akan sampai menulis surat untukku seperti ini deh. Lagipula, sejak surat itu datang juga, mereka tampaknya biasa saja. Tidak ada tanda – tanda bahwa mereka adalah pengirim surat dari surat – surat itu.
CAKKA..
Namamu itu adalah 5 huruf yang penuh arti. Kamu itu sangat istimewa untukku. Suaramu yang merdu membuatku terpesona. Ketika kamu memetikkan gitarmu di atas panggung, hatiku langsung berdenyut kencang dan semakin kencang. Wajahmu yang tampan membuatku terpana saat melihatmu. Senyumanmu bisa membuat semua orang luluh saat melihatnya, terutama diriku. Mata teduhmu seakan mengalihkan duniaku. Kamu juga adalah mentai pagi yang membuatku semangat menjalani hidupku. Andai saja kamu tau isi hatiku yang sebenarnya, pasti kamu tidak akan percaya. Tapi, aku sudah tidak tahan lagi. Aku perlu bertemu denganmu dan berbicara denganmu. Tapi kapan? Dan bagaimana? Aku tidak bisa menghampirimu begitu saja di sekolah, aku ini bukan orang yang berkelas sepertimu. Akan tampak aneh jika aku tiba – tiba ada di dekatmu. Temui aku di belakang sekolah waktu pulang sekolah ya. Kalau kamu baru baca suratku waktu pulang sekolah, langsung ke belakang sekolah aja, aku bakal nungguin kok.
Someone
Ketika aku membaca surat ini ketika jam pulang sekolah, aku benar – benar heran, tapi senang juga. Karena kemauanku tercapai juga untuk segera bertemu dengan orang yang tiap hari selalu mengirimiku surat ini. Aku tidak perduli siapapun nanti yang akan kutemui, sudah lama sejak aku mendapatkan surat yang berisi pujian – pujian untukku ini, aku berjanji pada diriku sendiri untuk mencari tahu apa yang dia mau dan membantunya semampu mungkin. Semoga saja masalahnya nggak aneh – aneh.
Aku melipat kertas surat itu dan menyimpannya kembali ke dalam lokerku. Setelah selesai mengobrak – abrik lokerku, aku mengunci lokerku dan menaruh kunci lokerku di tasku. Kugantung lagi tasku ke punggungku dan segera berjalan menuju belakang sekolah. Menurutku, pengirim surat itu memang hebat memilih waktu. Sekolah sudah sepi sekarang, jadi aku bisa bebas berbicara bersama pengirim surat itu. Dia seperti peramal yang sangat mengetahui apa mauku.
“Kamu?” Aku agak kaget melihat siapa yang kulihat di belakang sekolah yang tampak sedang menunggu seseorang. Seorang cewek berambut sebahu dan bertubuh kurus yang menunggu di belakang sekolah itu ternyata.. sahabatku sendiri.
Cewek itu menoleh ke arahku. Dia tersenyum kecil. “Ya, ini aku...”
“Uswa, kamu tuh.. Kenapa kamu mengirim aku begitu banyak surat begini sih?” tanyaku heran. Uswa adalah sahabatku sejak SMP. Kami akrab, tapi memang kami jarang bertemu dan menghabiskan waktu bersama, karena kami beda tingkat kelas. Aku sudah kelas SMA 1, sementara Uswa baru kelas SMP 2. Dan.. aku tidak menyangka ternyata dia yang mengirimkan aku begitu banyak surat itu. Aku tidak menyangka bahwa Uswa yang selama ini kuanggap sebagai sahabatku yang baik tapi terkadang suka galau ini, ternyata yang.. diam – diam memujiku.
“Kka.. Aku udah mengagumi kamu sejak kita pertama kali ketemu. Dan.. aku udah lama memantau kamu dari jauh, terutama saat.. kamu dikerumuni cewek – cewek yang lain waktu kamu menang pertandingan basket, waktu kamu lewat di koridor sekolah, waktu kamu melakukan kegiatan di luar sekolah juga aku sering mantau kamu. Tapi.. ya kamu sudah tahu lah, gimana malunya aku buat nyamperin kamu di antara sekian banyak cewek itu...” kata Uswa pelan.
“Kamu ini.. Sudah lama kamu bikin aku nggak bisa tidur tau nggak! Aku pikir siapa yang mengirim begitu banyak surat untukku, yang begitu memujiku, yang kayaknya sedih banget kalau melihat aku saat aku dikerumuni banyak orang.” kataku lagi sambil menunjukkan setumpuk amplop surat yang pernah Uswa kirim ke dalam lokerku. Uswa hanya diam mendengarkanku mengomel. Melihat Uswa diam dan tampak sedih, aku menghela napas untuk menenangkan diri. “Hhh.. tapi, gimanapun juga, aku sudah janji sama diriku sendiri kalau aku bertemu dengan pengirim surat ini, aku ingin tau apa yang sebenernya dia mau. Dan aku ingin membantu dia. Sekarang, sebenarnya maksud kamu kirim – kirim surat ini apa? Cerita.. nanti aku akan bantu supaya maumu bisa terpenuhi...”
“Kka.. Aku... Aku cuma ingin kamu tau aku paling sayang sama kamu. Aku.. aku mau kita menghabiskan waktu bersama sering – sering. Aku nggak mau kamu terus – terusan dekat dengan cewek – cewek di sekolah, aku ingin kita main bareng! Belajar bareng! Sedih bareng! Seneng bareng! Aku takut kehilangan kamu! Aku sayang kamu, aku nggak mau kamu melihat cewek lain terus! Aku sedih melihat itu! Tapi.. Tapi, tiap kali aku bicara, memberikan tanda kalau aku sedih,  kamu nggak pernah ngerti itu!” kata Uswa memberanikan diri berbicara.
Aku terdiam mendengar cerita Uswa. Dia.. menyayangiku dan nggak mau aku terus – terusan berada di dekat cewek lain? Jadi ini isi hati Uswa yang sebenarnya yang ditulisnya di surat itu. Aku mengerti sekarang. Ternyata, Uswa tidak menganggapku sebagai sahabat lagi. Tetapi lebih dari itu. Uswa sudah tidak menyayangiku sebagai sahabat lagi. Tapi, lebih dari itu. Uswa sudah tidak melihatku sebagai sahabat lagi. Tapi, lebih dari itu. Sekarang, aku malah jadi bingung. Apa yang bisa kulakukan untuk membantunya?
Melihat aku terdiam, Uswa kembali menyahut, “kalau kamu nggak bisa menerimaku juga nggak apa – apa kok. Aku nggak maksa. Aku cuma mau kamu tahu, kalau itulah isi hati aku selama ini buat kamu. Kalau kamu nggak bisa ngerti, aku sangat mengerti. Aku sudah bilang di surat itu kan, Kka. Aku ini orang biasa. Aku bukan orang hebat sepertimu. Aku adalah manusia biasa yang tidak mempunyai bakat apa – apa. Tidak sepertimu yang jago basket. Aku bukan orang yang sepertimu yang jago menyanyi. Aku tidak sepertimu yang jago bermain gitar. Aku bukan orang yang sepertimu yang sering dikerumuni banyak orang. Jadi, kalau kamu hanya ingin hubungan kita hanya begini saja, ya sudah aku terima.. Aku pulang sekarang.”
Aku jadi merasa kasihan setelah mendengar penuturannya barusan. “Uswa. Aku bukannya ingin menyakiti hati kamu. Aku bukannya ingin membuat kamu sedih. Tapi, aku nggak ingin kita lebih dari sahabat. Aku.. aku janji kita akan lebih sering menghabiskan waktu bersama, aku bisa mengusahakan itu. Tapi, untuk hubungan yang lebih dari yang kita jalankan sekarang, aku rasa ini belum waktunya. Aku.. aku hanya ingin kita bersahabat, untuk sekarang. Bagaimana hubungan kita nanti, kita kan nggak ada yang tau. Percaya deh, kalau kita ditakdirin untuk lebih dari sahabat, pasti Tuhan bakal nyuruh aku untuk merasakan perasaan yang kamu rasakan sekarang nanti. Waktu kita sudah dewasa.”
Uswa terdiam mendengar ucapanku. Lalu, dia menunduk sedikit dan mengangguk pelan. Tak bisa berbicara apa – apa lagi.


Sejak saat aku mengetahui bahwa pengirim surat itu adalah surat dari Uswa, aku selalu berusaha untuk keluar dari kelas lebih cepat, karena jadwalku bertambah sekarang. Setiap pulang sekolah, aku akan mengajari Uswa untuk pelajaran bidang IPA. Setiap pulang sekolah, aku akan ke rumahnya untuk menjadi guru sejenak bagi Uswa. Lalu, terkadang kalau Uswa tidak ada ulangan dan menurutku sudah terlalu banyak belajar, aku mengajaknya keluar. Bisa tempat yang bermacam – macam dikunjungi kalau aku mengajaknya keluar untuk jalan – jalan. Aku mengajaknya ke taman, ke bukit untuk melihat bintang saat malam hari atau sekali – kali ke mal jika sedang libur sekolah. Aku pikir, kalau aku memberinya lebih banyak perhatian, hatinya nggak akan sedih lagi karena aku menolak permintaannya. Dan ternyata memang cukup berhasil. Uswa sudah jarang murung karena aku menolak permintaannya yang dulu itu. Dia juga tidak pernah mengirimkanku surat lagi. Palingan hanya jika dia sedang iseng, dia pasti mengirimkanku sebuah puisi. Dan kadang –  kadang kita jadi berbalas puisi, bahkan sampai berbalas gombal. Menghabiskan banyak waktu bersama Uswa itu menjadikan Uswa menjadi anak yang lebih ceria sekarang. Dan aku juga sedikit lebih senang menjalani hari, karena belum pernah aku menghabiskan waktu bersama seseorang dengan waktu yang sangat lama selain Bunda. Sekarang aku tau betapa menyenangkannya mempunyai sahabat. Tapi, tak disangka, akibat aku menghabiskan banyak waktu bersama Uswa, gosip mulai menyebar ke sekolah. Banyak yang mengejek – ngejek Uswa sebagai pacarku. Bahkan ada yang mengejeknya dengan kata – kata yang menurutku sangat konyol dan kasar untuk dikatakan. Seperti hari ini ketika aku berangkat sekolah bersama Uswa. Ketika melewati koridor, banyak murid yang melihatku dan Uswa berjalan berbarengan dengan pandangan yang bermacam – macam. Tapi, kebanyakan melihat kami dengan pandangan mengejek sih. Aku jadi tidak enak. Mereka terus melihat tanganku yang bergandengan dengan Uswa.
“Duuh.. kesampean juga tuh penggemar rahasia nggak jelas itu ngedapetin idolanya.. Pake gandengan segala lagi.. Duuh.. udah jadian yaa?” kata salah seorang murid yang melihat kita.
“Waah.. kayaknya langsung di lamar tuh ya abis ketemu sama idolanya... Enak yaaa.. Aku aja yang ngejar – ngejar cowok idamanku nggak pernah ditanggepin tuh.. Oh aku tau! Harus ganjen dulu sama cowoknya kayak Uswaaa...” kata salah seorang yang lain dengan senyum mengejek.
“Cewek ganjen sama cowok genit.. cocok deh!” kata seorang yang lain lagi mengejek kami.
Aku tidak perduli dengan kata – kata yang dilontarkan oleh murid – murid yang lain tentang aku dan Uswa. Aku yakin, mereka pasti tidak tahu apa – apa. Aku yakin mereka tidak tahu isi hati Uswa yang sebenarnya. Pasti mereka hanya melihat kalau Uswa sering menaruh surat di lokerku dan mengambil kesimpulan sendiri. Makanya, aku pura – pura tidak mendengar apa yang mereka katakan. Walaupun kata – kata mereka bukan cuma mengejek Uswa, tapi mengejekku juga. Tapi, aku tahu mau diladenin juga nggak ada gunanya. Mereka nggak akan mengerti.
Kulihat Uswa sedikit menunjukkan wajah yang sedih dan merasa terpojok dalam raut wajahnya. Aku jadi kasihan padanya, aku langsung membawanya ke kelas untuk menenangkannya. Ini baru jam enam lewat sedikit. Jadi, sekolah nggak begitu ramai. Kelas juga pasti masih kosong, jadi aku bisa menenangkan Uswa tanpa ada gangguan.
“Udah, kamu tidur disini aja dulu.. Kamu tenangin dulu diri kamu. Nanti kalau kamu udah tenang dan udah nggak murung lagi, baru kamu ke kelas SMP.. Nggak enak juga kan dilihat temen – temen kamu kalau kamu sedih kayak begini. Nanti kamu ditanya macem – macem lagi.” kataku sambil mengelus rambut Uswa. “Oh ya, soal temen – temen di koridor tadi.. Kamu biarin aja ya.. Mereka nggak tau apa – apa soal isi hati kamu, makanya mereka seenaknya main ambil kesimpulan sendiri tentang kita. Jadi, kamu tenang aja ya. Aku disini kok... Aku kan udah janji kalau aku bakal menghabiskan waktu bersama kamu lebih sering. Dan itu berarti aku harus lebih menjaga kamu...”
Uswa tersenyum dan mengangguk mendengar ucapanku. Dan dia langsung menidurkan kepalanya di meja yang ada di sebelah mejaku dan tertidur pulas untuk sejenak. Setelah Uswa tenang, tepatnya pukul setengah tujuh dia kembali bangun, dia langsung pamit padaku untuk kembali ke kelas SMP. Aku tersenyum dan mengatakan padanya sebuah cara singkat untuk menghentikan teman – teman mengejek, “Uswa, cara singkat untuk menghentikan mereka itu cuma satu. Diemin aja.”
Uswa tersenyum mendengar ucapanku. “Aku tau, Kka. Aku akan coba. Nanti pulang sekolah jangan lupa ajarin aku Biologi ya. Besok ulangan nih!”
“Iya iyaa.. Aku inget kok! Awas kalau nilai kamu jelek besok! Aku nggak mau ajarin lagii..” kataku bercanda.
“Uuuhh.. Cakka mah gituuu...” kata Uswa sambil pura – pura ngambek dan mengacak rambut Cakka jail, lalu langsung kembali ke kelasnya di kelas SMP.


Uswa benar – benar mencoba untuk mendiamkan semua teman –  teman yang mengejeknya yang nggak – nggak tentang sikapnya dan juga tentang hubungannya denganku. Aku pun juga tidak pernah memperdulikan ejekan – ejekan yang diberikan oleh mereka. Dan kami menjalani hari seperti biasanya tanpa ada beban hidup karena diejek – ejek terus seperti itu. Dan caraku ini ternyata cukup berhasil. Setelah beberapa bulan kemudian, ternyata mereka yang mengejekku dan Uswa merasa capek sendiri. Dan mereka malahan meminta maaf kepadaku dan Uswa. Ketika penerimaan rapor kenaikan kelas tiba, kami semua berbaikan. Sementara aku dan Uswa? Masih sahabatan dong!
Best Friend Forever.. Love Relationship? Entaran dehhh!” kataku dan Uswa berbarengan ketika kami berada di bukit malam itu sambil melihat bintang.

Pengirim : Fancha (fancha.cluv@yahoo.co.id) - CL Jakarta

#KaryaCL : Pelangi Dalam Kegelapan

Di saat aku sedang berada di dalam kegelapan
Aku tak percaya melihat pelangi
Sebuah pelangi yang begitu indah
Hingga tak dapat terucap

Aku merasakan sebuah getaran
Getaran yang sangat dahsyat
Menyebar di sekujur tubuhku
Yang ingin meninggalkan kegelapan

Hari demi hari aku berjalan
Tanpa jeda dan tanpa henti
Berharap pelangi mendekat
Tetapi tidak

Aku hanya dapat melihatnya
Hanya melihat tanpa menyentuhnya
Melihat dari lensa yang begitu tebal
Hingga aku tak dapat jelas melihatnya

Aku terus berjalan
Tanpa mengenal lelah
Hanya untuk menggapai pelangi
Pelangi yang ingin aku gapai

Aku melihat cahaya kecil mendekatiku
Aku berjalan mengikutinya
Namun begitu sulit
Sulit untuk mengejarnya

Cahaya kecil itu pun terhenti
Aku melihat pelangi mendekatiku
Terus mendekat
Mendekat namun begitu lamban

Aku tak dapat berbuat apa-apa
Aku hanya dapat tersenyum
Dan menikmati setiap warna
Yang menghiasi pelangi

Aku dapat menyentuhnya
Walaupun hanya seketika
Aku melihat pelangi tersenyum kepadaku
Dan pelangi pun pergi

Senyuman pelangi itu selalu terekam
Selalu terekam jelas di kepalaku
Aku sering memainkan lambat
Agar aku dapat memfigurakan senyuman itu

Pelangi itu pun terus menjauh
Terus menjauh
Sehingga aku tak dapat
Menggapainya kembali

Hari demi hari
Siang berganti malam
Musim silih berganti
Aku tetap tak dapat menggapaimu

Aku merasa aku tak akan
Tak akan ada kesempatan
Untuk menyentuhmu
Dan melihatmu tersenyum

Cahaya kecil itu pun datang kembali
Aku melihat jika kamu akan datang
Aku ingin bertemu denganmu kembali
Namun mereka tidak membiarkanku

Mereka sangat tidak senang
Jika aku bertemu denganmu lagi
Karena suatu hal
Musik

Karenamu aku mengenal musik
Karenamu aku mengenal nada
Karenamu aku mengenal lantunan
Karenamu aku mengenal alat

Aku ingin mengenal musik lebih jauh
Namun mereka tidak ingin
Aku selalu memandang
Mendengar musik

Hingga aku bertekad
Untuk mengenalnya
Mempelajari musik sendiri
Tanpa di bantu mereka

Sekarang aku mengerti musik
Tanpa di bantu
Hanya tekad dan niat
Aku dapat

Mungkin kesempatan yang dulu
Adalah yang terakhir melihatmu
Melihat senyummu
Melihat warnamu

Namun kamu tetap ada
Menghiasi setiap hariku
Menghiasi setiap waktu yang ku jalani
Bersama musik

Aku berharap
Aku dapat
Melihatmu kembali
Pelangiku..
Pengirim : Nindya Ayuni (nindya.ap@gmail.com) - CL Jakarta

#KaryaCL : Perfect

Images by :  nandamegumi

I try not to think about the pain i feel inside
Did you know you used to be my hero
All the days you spent with me now seem so far away
And it feels like you dont care anymore

And now I try hard to make it
I just wanna make you proud
I’m never gonna be good enough for you
cant stand another fight
and nothings alright

Sedih. Sedih banget kalau misalnya seseorang harus kehilangan orang yang disayangi di dalam keluarga. Apalagi kalau ketika dia masih ada, kita belum pernah sekalipun membanggakan dia. Belum pernah sekalipun menjadi kebanggaannya. Dan juga banyak banget kenangan yang udah dia beri selama dia masih ada di sisi kita. Bahkan terkadang rasa sayang itu bisa menjadikan apa saja yang kita lihat, menjadi hal yang menyedihkan. Menjadi hal yang harus ditangisi, karena harus kembali mengingat kenangan – kenangan yang tidak akan pernah kembali lagi seperti dulu. Tapi, bagaimanapun juga, setelah orang itu pergi dan membuat kita sangat kehilangan, kita tidak pernah bisa ngapa – ngapain lagi. Kita tidak bisa membuat orang itu kembali lagi.
Aku sudah lulus sekolah. Tapi, aku sama sekali tidak ingin melanjutkan kuliah karena aku sudah tidak mempunyai semangat lagi untuk melakukan itu. Sejak lulus sekolah, aku hanya mengikuti banyak lomba sebanyak mungkin dan juga pergi bekerja di sebuah kafe untuk menjadi penghibur. Hanya bakat menyanyi dan bermain gitarku serta membantu Bunda di rumah yang bisa kulakukan untuk mengisi hari – hariku. Dan tak lupa, setelah aku pulang bekerja ketika sore tiba, aku selalu menyempatkan diri untuk pergi menyapa Ayahku yang sangat kusayangi, tapi aku rasa aku tidak pernah bisa menjadi kebanggaannya. Sampai hari itu tiba....
“Yah, inget nggak? Dulu Cakka bandel banget sama Ayah. Nggak pernah mengerti Ayah. Cakka banyak banget minta ini, minta itu. Padahal, Cakka belajar di sekolah dengan baik aja nggak. Cakka selalu aja main gitar dan menyanyi di rumah, tanpa memperdulikan tugas sekolah. Terus, kalo Ayah udah marah, Cakka kadang – kadang malah ngeledek. Maafin Cakka ya, Yah. Cakka baru sadar waktu Cakka masuk SMA. Cuma tiga tahun menjalani hidup yang indah bersama Ayah, rasanya sakit banget, Yah.” kataku di depan sebuah batu nisan yang selalu membuatku meneteskan air mataku. Batu nisan itu menyimpan sejuta kenangan yang tidak ingin aku tinggalkan. Batu nisan itu menyimpan sejuta kenangan yang tidak ingin aku lupakan. Batu nisan itu menyimpan sejuta kenangan yang tidak ingin aku kuburkan.
“Ayah baik – baik yah di sini.. Cakka tahu kok, Cakka sudah terlambat. Ayah sekarang tidak akan bisa menjawab Cakka lagi. Dulu Ayah begitu menyayangi Cakka, tapi Cakka udah kayak anak nggak tahu balas budi. Banyak hal, banyak hal yang ingin Cakka sampaikan buat Ayah, tapi Cakka nggak pernah menyampaikan itu. Sampai yang terpenting, bahwa Cakka sayang sama Ayah, Cakka tidak pernah mengucapkan itu kan, Yah?” kataku lagi sambil berdiri dan menatap batu nisan itu sebelum akhirnya aku pergi berjalan menjauh dari makam itu, menggantungkan gitarku di punggungku dan berjalan menuju rumah. Ini sudah sore, Bunda pasti mencariku.

Ketika aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku sudah kehilangan sebuah kebahagiaan yang seharusnya kudapatkan sejak kecil, hati serasa seperti terpecahkan berkeping – keping. Kehidupan itu sebenarnya simple, tapi aku saja yang terlalu bodoh untuk membuat hidup ini sulit karena sikapku yang begitu ingin dilayani. Sejak kecil aku sudah manja. Dan ngambekan. Banyak hal yang sudah membuat orang tuaku susah mendidikku. Tapi aku tidak pernah menyadari bagaimana susahnya mereka membesarkanku sampai aku lulus sekolah seperti ini. Apalagi Bunda, yang sudah mengandungku selama 9 bulan dan melahirkanku dengan susah payah, sampai bertaruh nyawa. Dan masih banyak hal yang seharusnya kumengerti sejak kecil. Setelah Ayah pergi, aku baru mengerti, apa arti sebuah kasih sayang. Apa arti sebuah perhatian. Apa arti sebuah perjuangan yang sudah orang tuaku lakukan hanya untukku. Tapi, apa dayaku sekarang jika Ayah sudah pergi. Sebuah kata ‘maaf’ yang kuucapkan berkali – kalipun tidak akan berguna.

30 Maret 2009
Cakka Kawekas Nuraga

Tulisan itu adalah tulisanku yang entah dari mana aku dapat idenya. Padahal aku tidak pernah menulis diari seperti itu. Tapi, sejak Ayah pergi, karena aku ingin melampiaskan semuanya pada buku itu, aku menuliskannya. Dan sejak itu, aku selalu menuliskan apa yang kurasakan di buku itu, ketika aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata – kata yang kuucapkan. Bunda juga tahu soal hal ini.
“Bunda, menurut Bunda, Cakka ini jahat nggak?” tanyaku ketika aku membantu Bunda mengangkat baju dari jemuran. Ini memang pekerjaan perempuan, tapi aku tidak perduli. Yang penting aku bisa membantu Bunda. Untuk menebus kesalahanku selama 9 tahun waktu aku masih kecil, sebelum aku masuk SMA.
“Cakka ngomong apa sih? Kok tiba – tiba bilang begitu? Mana mungkin Bunda nganggep Cakka jahat. Cakka kan anak Bunda. Anak Bunda itu baik semua. Elang juga baik. Semuanya berbakti sama orang tua.” kata Bunda sambil tersenyum dan mengangkat baju dan memberikannya padaku supaya aku meletakkannya di keranjang untuk dibawa masuk dan diseterika nanti.
Elang adalah kakak laki – lakiku satu – satunya. Dia sudah tamat kuliah dan kerja di bidang musik karena dia sudah mempunyai band sendiri dengan teman – temannya. Dia sangat baik padaku, bahkan sejak aku SD. Biasanya aku memanggilnya Mas Elang atau MasEL. MasEL sangat dibanggakan oleh Bunda dan Ayah sejak dulu karena dia sangat baik terhadap semuanya dan selalu mendapat juara kelas. Tidak sepertiku yang malas belajar sampai aku SMA.
“Cakka... berbakti sama orang tua? Sama Bunda? Sama Ayah juga?” tanya Cakka kaget mendengar ucapan Bunda.
“Iya. Cakka itu baik sama Bunda, Cakka baik sama Ayah. Cakka kan selalu membantu Bunda dan Ayah juga sejak dulu.” kata Bunda lagi. “Lagian mana ada sih yang mau bilang anaknya itu jahat. Di dunia ini nggak ada yang namanya orang jahat loh, Kka. Orang yang melakukan kriminal kan pasti ada alesannya. Bukan karena dia jahat.”
“Tapi, Cakka nggak pernah bikin Ayah bangga sama Cakka...” kataku sambil menunduk.
“Itu nggak jadi masalah, Cakka. Bunda sama Ayah kan nggak nuntut Cakka supaya Cakka bikin Ayah sama Bunda bangga. Yang penting Cakka kerja yang baik, bantu Bunda di rumah. Itu aja udah cukup kok bikin Bunda sama Ayah seneng.”
“Terus gimana dengan janji Cakka? Bunda masih inget, kan? Bunda pernah janji sama Ayah kalau Cakka bakal banggain Ayah lewat bakat musik Cakka. Tapi, apa? Cakka nggak pernah nepatin, kan? Cakka ingkar janji sama Ayah.. Sekarang apa? Ayah udah pergi. dan aku? Aku bisanya cuma nangis, nangis, nangis dan nangis di depan makam Ayah. Cuma bisa bicara sendiri sama makam Ayah. Cakka marah sama diri Cakka sendiri, Bunda...” jawabku dengan penuh penyesalan dan marah terhadap diri sendiri.
“Udah, Cakka nggak usah marah sama diri sendiri. Sekarang yang penting Cakka jadi anak yang baik aja. Sebenarnya dengan kamu banyak memenangkan lomba sampe lemari piala kamu penuh itu udah cukup loh Kka, tapi kalau kamu mau bener – bener membuat Ayah bangga dengan bakat kamu, kamu bisa lihat brosur yang Bunda terima tadi pagi waktu kamu pergi kerja di meja makan. Mungkin itu bisa membantu kamu buat banggain Ayah walaupun cuma sekali. Banggakan Ayah dengan cara yang berbeda dari yang sebelumnya.” kata Bunda sambil membawa keranjang penuh baju yang akan disetrika nanti ke dalam rumah. Sementara aku mengikuti Bunda sampai kita berpisah di tangga. Bunda pergi membawa ke atas keranjangnya dan aku pergi menuju meja makan dan mengambil brosur yang dimaksud Bunda. Aku baca baik – baik brosur itu. Ternyata sebuah lomba menyanyi yang diadakan lusa. Aku jadi teringat dengan kata – kata Bunda tadi. Banggakan Ayah dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Sepertinya aku mengerti maksud Bunda. Aku bisa mengikuti lomba ini, untuk Ayah. Biasanya aku menyanyikan lagu yang asal saja aku pilih. Tapi, kali ini aku bisa menyanyikan lagu untuk Ayah yang ada di atas sana. Mumpung pendaftarannya gratis nih.
“Bunda, Cakka pergi dulu ya! Mau daftar lomba!” seru Cakka dengan keras.
“Iya, hati – hati!” jawab Bunda dari lantai atas.
Aku langsung pergi ke tempat pendaftaran lomba itu yang tak jauh dari sana. Di dekat sana sudah ada panggung yang tampaknya akan dipakai lusa saat lomba. Panggung itu cukup megah. Di sana sudah ada banyak alat musik yang disiapkan untuk lombanya. Dan di depan panggung itu banyak kursi yang dijejerkan untuk penonton. Kalau dilihat – lihat, sepertinya ada sekitar enam baris kursi. Aku tambah semangat saja mengikuti lomba ini.
Aku langsung menghampiri meja pendaftaran. “Mbak, aku daftar lomba musiknya ya.”
“Oh iya, silahkan tulis nama disini, ini nomor pesertamu. Jangan lupa lusa datang ya.” kata penjaga meja pendaftaran itu menyodorkan sebuah nomor peserta yang biasanya ditempelkan di baju ketika lomba berlangsung. Aku langsung menulis namaku di kertas pendaftaran, mengambil nomor peserta yang disodorkan itu dan langsung pulang ke rumah. Aku langsung mengambil dan memangku gitar hitamku sambil duduk santai di sofa dan berlatih dengan giat di rumah. Aku sudah tahu persis lagu apa yang akan kunyanyikan untuk Ayah. Sementara Bunda yang melihat dari kamarnya hanya tersenyum kecil menatapku yang sedang berlatih.

Ketika hari perlombaan tiba, aku sudah datang setengah jam sebelum acara dimulai supaya Bunda dan Mas Elang mendapatkan tempat duduk yang bagus untuk melihatku beraksi di atas panggung karena kemarin di kertas pendaftaran aku lihat cukup banyak juga yang ikut perlombaan ini. Aku takut kalau datang ngepas, kursinya sudah penuh. Lagipula, aku bisa menghabiskan waktu setengah jam itu untuk berlatih.
Good luck ya dek...” kata Mas Elang sebelum kompetisi dimulai.
Aku tersenyum ketika Mas Elang mengucapkan hal itu.
Ketika perlombaan dimulai dan giliranku tiba, aku benar – benar menunjukkan pertunjukan yang sangat bagus. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk perlombaan ini karena perlombaan ini bukan hanya perlombaan biasa yang aku ikuti seperti biasanya. Perlombaan ini aku persembahkan untuk Ayahku yang ada di atas sana.
“Selamat siang teman – teman semua yang hadir disini, namaku Cakka. Sebelum aku mulai, aku ingin kalian semua tau, kalau perlombaan ini aku persembahkan untuk Ayahku yang sudah dipanggil Allah beberapa bulan yang lalu akibat kecelakaan yang menyebabkan luka parah di kepalanya. Selama Ayah masih hidup, aku merasa sangat bandel dan tidak baik kepada Ayah dan Bunda. Dan aku juga sudah pernah berjanji pada Ayah ketika aku masih kelas 6 SD, bahwa aku akan membuat Ayah bangga dengan bakat musikku. Tapi, sampai sekarang, sampai detik Ayah sudah tiada, aku belum bisa menepati janji itu. Dan hari ini, aku akan menepatinya. Aku berharap Ayah bisa melihat dari atas sana....”
Setelah aku selesai berbicara, aku langsung memetik gitarku pelan – pelan, dengan penuh perasaan dan langsung memulai lagu dengan penuh penghayatan.

Hey, dad look at me think back and talk to me
Did I grow up according to plan
And do you think I’m wasting my time doin’ things I wanna do
But it hurts when you disapprove all along

And now I try hard to make it
I just wanna make you proud
I’m never gonna be good enough for you
cant pretend that im alright
and you cant change me

Cause you lost it all
Nothin lasts forever
Im sorry, I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we cant go back
I’m sorry, I can’t be perfect

I try not to think about the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero
All the days you spent with me now seem so far away
And it feels like you dont care anymore

And now I try hard to make it
I just wanna make you proud
Im never gonna be good enough for you
cant stand another fight
and nothings alright

Cause we lost it all nothing lasts forever
I’m sorry, I can’t be perfect
Now it’s just too late and we can’t go back
I’m sorry, I cant be perfect

Nothings gonna change the things that you said
Nothings gonna make this right again
Please dont turn your back I can’t believe it’s hard just to talk to you
But you dont understand

Cause we lost it all nothing lasts forever
Im sorry, I cant be perfect
Now it’s just too late and we cant go back
Im sorry, I cant be perfect

Sebuah tepuk tangan meriah langsung terdengar ketika aku selesai bernyanyi. Aku sangat senang semua orang bisa menikmati musikku. Kali ini, rasanya rasa senangku beda dari yang sebelumnya. Sebelum – sebelumnya aku tidak pernah merasakan aku sudah menjadi orang yang lebih baik dari aku yang dulu setelah bernyanyi di sebuah kompetisi. Menjadi orang yang bisa membuat Bunda dan Ayah bangga. Saat pengumuman pemenang tiba, aku sangat tegang. Aku sampai meremas baju Bunda karena aku terlalu takut dan terlalu tegang sampai berkeringat dingin menunggu hasilnya.
“Yak, sekarang saatnya pengumuman. Dari kontestan – kontestan yang sudah tampil, kita semua tahu bahwa ada satu orang yang tampil dengan maksimal. Dan dia yang pantas menjadi pemenangnya. Dia adalah......”
Aku langsung menunduk, menutup mata dan berdoa kepada Allah. Ya Allah, apakah aku menjadi pemenang kali ini? Aku sudah berusaha keras....
“Dia adalah....... tentu saja... Cakka Kawekas Nuraga!!!” seru MC dengan gembira.
Aku langsung terlonjak senang mendengar itu. Aku langsung memeluk Bunda dan Mas Elang atas kemenanganku. Kuambil piala besarku di panggung dan mengangkat tinggi menunjukkan hasil kerja kerasku dengan bangga. Bunda dan Mas Elang yang melihat dari bawah, tampak bangga menatapku berhasil.


Kini aku sudah tidak lagi terlalu sedih dengan kepergian Ayah. Aku selalu menyakinkan diri, bahwa Ayah selalu ada di sisiku walaupun sekarang Ayah tidak tampak lagi di mataku. Aku akan selalu menyayangi Ayah. Kini setiap lomba yang kuikuti, akan kupersembahkan untuk Ayah. Aku akan membuat lagu tentang Ayah. Aku akan menjadi musisi yang hebat seperti Ayah! Aku akan wujudkan cita – citaku untuk menjadi musisi yang hebat seperti Ayah. I love you, Ayah.

2 April 2011
Cakka Kawekas Nuraga


Pengirim : Fancha (fancha.cluv@yahoo.co.id) - CL Jakarta

25 April 2012

Our Upcoming Events (Fixed Schedule)

- MnG CL Tasikmalaya
Date : September 30th, 2012
Place : Resto BKR 7 
Info & CP : @CLTasik / 085323968805



- MnG CL Karawang
Date : October 28th, 2012

Place : Resto Dewi Air
Info & CP : @CL_KRW / 085695119403 / 081906723938

18 April 2012

#TFT


CLs pasti pada bingung kan sama hashtag satu ini? Yup, belakangan ini kok om Gub, Cakka, sama Elang sering banget ngetweet pake hashtag #TFT. Apa sih sebenernya maksud #TFT ini? Thank For Today? Atau justru istilah gau anak facebook Thanks For Tagging?? Atau........
Hmpphh, sampe sekarang belum ada jawaban pasti buat ngejawab rasa penasaran kita. Ada yang bilang itu movie-soundtrack, apa Cakka mau main film mungkin yaa? Apa mungkin itu project yang lagi dikerjain Kka, Om Gub, sama Elang di LahanEross Studio? Mungkin juga sih. Tapi #TFT maksudnya apa dong? Kalo tanya om Gub pasti jawabannya Tampai Faatnya Tatang deh. Mending daripada penasaran kita sama-sama mention Cakka aja yukk pake kalimat tweet yang sama kayak gini --> Cakka @cakkaNRG we can't wait for your #TFT project. Go head and hurry up #WeWantTFT
Langsung tweet sekarang yaaa CLs, kita serbu Kka sama mention-mention #TFT kita :D




12 April 2012

Event Review : Cakka on Oni n Friends Music Course Annual Concert

Minggu lalu, 8 April 2012, Cakka didaulat oleh Oni n Friends Music Course sebagai bintang tamu dalam event tahunan Oni n Friends Music Course Annual Concert. Acaranya berlokasi di Plaza Cibubur.C~LUVers! antusias banget sama acara ini. Bener aja, jam 11 siang pas Cakka n crew tiba di Plaza Cibubur, udah ada CLs yang nungguin di sana. Padahal di rundown, Cakka bakal tampil pertama kali diurutan 11, sekitar jam 12:30 siang.
Karena area back-stage nggak tersedia, Cakka akhirnya diungsiin ke outlet Coffe Toffee, bersama personel Oni n Friends lainnya. Namanya juga CLs, udah tau ada Cakka di dalem, mereka langsung berkerumun di pintu depan dan pintu belakang Coffe Toffee, sampe akhirnya disiagakan 3 orang petugas security. Karena ada CLs yang sampe nangis pengen masuk ketemu Cakka, akhirnya security mengizinkan CLs masuk secara bergantian.
Nggak lama kemudian, giliran Cakka tampil lagu pertama. No Such Thing-nya John Mayer dibawakan Cakka, diiringi Oni n Friends. Di depan stage langsung dipadati CLs. Di lantai atas juga padat oleh penonton. Selesai lagu pertama, Cakka balik ke back-stage, diikuti CLs yang juga ikutan balik berkerumun di depan pintu. Begitupun pas Cakka tampil di lagu-lagu berikutnya, CLs juga ikutan bolak-balik dari depan stage ke back-stage hahaa.
Di event ini, Cakka harusnya nyanyi 4 lagu aja. Tapi ternyata ada 1 lagu tambahan spontanitas, Your Body is Wonderland-nya John Mayer. Totalnya, Cakka nyanyi 5 lagu dan kesemuanya diiringi si-empunya acara Oni n Friends. Lagu pertama No Such Thing (John Mayer), lagu kedua Patah Hati Itu Biasa (Everlongrocks) langsung dilanjut lagu ketiga Your Body Is Wonderland (John Mayer). Penampilan selanjutnya, Mudah Saja (Sheila On 7) duet bareng Ray di drum, langsung ke penampilan terakhir Rolling In The Deep (Adele).
Dari awal sampe akhir, C~LUVers! bener-bener seru dan kompak. Rame-rame kita semua teriak Cakka Yaa Ammpuun ditiap kali Cakka tampil. Bahkan kemaren juga banyak CLs yang kayaknya baru nongol pertama kali di-eventnya Cakka, tapi udah ikutan kompak teriak Cakka Yaa Ammpunn bareng CLs yang lain. Tetap kompak dan #OneLoveOneHeart yaaa CLs, tetap support Cakka, dan sampe ketemu di event-event Cakka selanjutnya :D

Check out the videos of Cakka's Performance on Oni n Friends MC Annual Concert here

1 April 2012

#Event : Oni n Friends Music Course Annual Concert

Kabar gembira buat semua C~LUVers! nih, Cakka bakal jadi guest-star di acara tahunan Oni n Friends Music Course. Acaranya bakal diadain hari Minggu, 8 April 2012 mulai jam 12:30pm sampe selesai di Plaza Cibubur. Acarnya off-air dan gratiss, jadi semua C~LUVers! diundang buat dateng kesana, ramein acaranya. Pada dateng yaa CLs, kita seseruan rame-rame disana, kompakan teriak Cakka Yaa Ammpuun lagi.
Udah pada kangen kan sama stage-performancenya Cakka?? So, jangan sampe kelewatan yaa.... Catet tanggal dan waktunya :D